Kamis, 10 Mei 2012

Resensi Novel Indie


Judul : Tentang Aku dan Kelana
Penulis : Xie Nur
Penerbit : $B pRoduction
Di cetak oleh : nulisbuku.com
Tebal buku : 271 hal

Sinopsis Cerita
Kelana menganggap alam sebagai rumah terindah. Sayang, sebuah janji membuatnya tak bisa kembali ke peradaban (tempat seharusnya dia tinggal bersama keluarganya) meski hanya sekedar tuk melepas rindu pada keluarga, saudara atau teman.

Jelita menganggap alam sebagai tempat pelarian sempurna dari rumah neraka. Berkebalikan dengan Kelana, Jelita justru enggan pulang ke peradaban meski kesempatan untuk pulang masih terbuka lebar untuknya.

Kelana dan Jelita dipertemukan oleh alam dengan persepsi masing-masing tentang alam, hidup dan cinta.
Keduanya kemudian berkelana bersama menyusuri tiap jengkal pegunungan, lembahan bahkan jurang kematian guna mencari rahasia alam yang telah mempertemukan mereka.

Akankah Kelana berhasil pulang dan membawa serta Jelita?
Rahasia apakah yang yang membuat Jelita enggan pulang dan Kelana tidak bisa pulang ke telatah peradaban?


Rabu, 07 Maret 2012

Resensi Novel Islami '99 Cahaya Islam di Langit Eropa'


Judul Buku : 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis : Hanum Salsabila Rais, Rangga Almahendra
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Kelima, Desember 2012
Tebal : 392 hal








Sinopsis Cerita :
Hanum menyusul suaminya ke Wina, Austria yang mendapat beasiswa studi doktoral. Kemampuan bahasa Jerman yang minim membuat Hanum menjalani kursus bahasa Jerman. Selama kursus itulah Hanum berkenalan dengan Fatma, wanita asal Turki yang berhasil menggugah jiwa kelana Hanum untuk menyusuri jejak Islam di Eropa.


Fatma yang notabene hanya seorang ibu rumah tangga ternyata memiliki wawasan luas tentang sejarah Islam di Eropa. Bukan hanya itu, kebesaran hati seorang Fatma yang menerima cerca dari kalangan non muslim menyadarkan Hanum, bahwa Islam seharusnya dimaknai luar dan dalam. Bukan sekedar casing  yang Islam, namun jiwa dan pikiran kaum bar-bar.


Sayangnya Fatma tiba-tiba menghilang setelah mereka mengikat janji akan berkelana bersama menapaki jejak Islam yang ada di Spanyol, Perancis, dan Turki yang pernah berjaya pada masanya. Demi memenuhi janji itu Hanum kemudian mulai menjelajah sendiri bersama suami.


Paris the Light of City, kota yang paling terang cahayanya di Eropa. Kota yang menjadi pusat peradaban paling maju di Eropa. Kota yang pertama kali Hanum kunjungi untuk mengendus keberadaan Islam pada jaman dulu.


Hanum sungguh tercengang ketika mengunjungi Museum Louvre, museum dengan koleksi paling lengkap di dunia, museum yang  menyimpan lukisan Monalisa yang terkenal itu. Bagi Hanum, Monalisa dengan senyum misterius kalah menarik dengan lukisan Bunda Maria yang ujung kain kerudungnya terdapat tulisan kalimat tauhid atau piring-piring hias bertulis Arab Kufic. 


Marion Latimer seorang pemandu yang baik, seorang Perancis yang memeluk Islam. Seorang peneliti di Arab Institut Paris berhasil menjawab rasa penasaran Hanum akan berbagai hal dalam museum yang mengandung nafas Islam, termasuk makna tulisan pada hijab Maria dan arti kata pada piring-piring bertuliskan Arab Kufic.


Bukan hanya itu, Marion juga menunjuki sebuah kenyataan yang tak bisa dipungkiri bahwa bangunan pada masa Napoleon Bonaparte berkuasa mulai dari La Defense, Arc du Triomphe de I’etoile, Champ Elyses, Obelisk, Arc du Triomphe du Carrousel, Louvre jika ditarik garis lurus imajiner akan menembus langsung ke arah Ka’bah.
Timbul sebuah praduga, mungkinkah Napoleon Bonaparte seorang muslim?


Cordoba di Spanyol merupakan kunjungan kedua Hanum untuk melihat Mezquita. Sebuah masjid yang beralih fungsi menjadi gereja dengan nama The Mosque Cathedral.  Siapa sangka Cordoba dulu adalah kota seribu cahaya. Kota yang menginspirasi banyak orang di Eropa. Kota yang menerangi abad kegelapan di Eropa. Kota yang memiliki ilmu pengetahuan dan keharmonisan antar umat beragama pada masanya. Kota yang melahirkan the double truth doctrine dari seorang filsul Ibnu Rushd atau Averroes, dua kebenaran yang tidak terpisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan/sains. 


Sayangnya orang Eropa menjadi trauma karena agama yang mereka anut sebelumnya menyebabkan kegelapan pada masa kekuasaan gereja bersifat mutlak. Sekarang, orang Eropa lebih percaya sains. Seperti ajang balas dendam siapa yang lebih menguasai siapa. Jika dulu agama khususnya Kristen menguasai sains, kini giliran sains yang memberangus agama. Tak heran jika kini mayoritas masyarakat Eropa menganut paham sekuler yang melahirkan golongan ateis.


Belum lengkap rasanya jika ke Spanyol tanpa mengunjungi Granada, Istana Al-Hambra. Tempat terakhir Islam bertahan di Eropa. Sayang, the royal couple, Isabella-Ferdinand yang memiliki kekuasaan besar berhasil membuat Granada jatuh ke tangannya untuk kemudian melakukan pembaptisan masal orang-orang muslim yang menjadi mayoritas masyarakat Granada. 


Sebuah email mengejutkan datang dari Fatma membuat Hanum ingin segera mengunjungi imperium Islam terakhir pada masa Dinasti Usmaniyah atau Ottoman di Turki sekaligus menengok kawan lama Fatma Pasha. Ini menjadi perjalanan terakhir Hanum dalam mengarungi samudera peradaban Islam di Eropa. 


Pada akhirnya, kata-kata Paulo Coelho dalam buku The Alchemist, ‘Pergilah untuk kembali, mengembaralah untuk menemukan jalan pulang. Sejauh apa pun kakimu melangkah, engkau pasti akan kembali ke titik awal.’  Membawa Hanum menjejak ke titik awal dari sebuah perjalanan panjang Islam di sebuah kota Mekah di satu titik pusat Ka’bah. Di mana kalimat tauhid masih bergema dari jutaan manusia pencari cahaya.


Kelebihan :
-Membaca buku 99 Cahaya di Eropa, serasa ikut mengembara langsung ke Eropa dan sekaligus belajar sejarah Islam di Eropa yang begitu membanggakan dan mengharukan.
-Mengajak kita untuk mengamalkan Islam secara total melalui perilaku yang mencerminkan Islam, lewat contoh tokoh yang bernama Fatma.


Kelemahan :
-Pemotongan sub bab dalam buku terkesan dipaksakan. Ketika telah sampai pada akhir sub bab, tiba-tiba kita masuk kembali pada rangkaian cerita sebelumnya yang terputus.
-Bagian awal epilog yang kurang memberikan kesan. 


Saran :
-Pemotongan sub bab agar diperhatikan sehingga tidak membuat pembaca terjebak pada akhir kalimat menggantung, namun kemudian kalimat berlanjut pada sub bab berikutnya.  
-Pada bagian Epilog, akan terasa lebih berkesan jika epilog langsung masuk ke  sub bab Ka’bah, the cube tanpa embel-embel cerita lain, meski bagian tersebut merupakan penjelas mengapa penulis ingin berhaji.


Kesimpulan :
Kehancuran Islam di Eropa adalah karena setitik nila perang saling menguasai yang menyebabkan trauma berkepanjangan. Jika proses masuknya Islam terus konsisten melalui cara damai seperti di Indonesia tentulah, Eropa hingga kini masih bercahaya sebagaimana Cordoba berhasil menerangi abad gelap di Eropa.
Kini minoritas Islam di Eropa harus berjuang untuk mengembalikan citra Islam yang keras menjadi lembut,  seperti Fatma yang tetap santun meski mendengar hujatan dari orang-orang Eropa non muslim. Itulah sejatinya Islam, agama yang cinta damai. 
Sayang, selalu dan masih saja ada yang memaknai Islam harus ditegakkan dengan jalan yang keras, menebar teror melalui hembusan jihad, atau demo yang berujung anarkhis seperti di Indonesia.
Sudah saatnya umat Islam belajar dari kegagalan Islam berjaya di Eropa. Nafsu untuk menjadi lebih, nafsu untuk menguasai, dan nafsu merasa paling benar atas nama agama hanya akan memperburuk citra Islam di mata dunia. 

Kamis, 19 Januari 2012

Resensi Novel Motivasi Islami


Negeri 5 Menara
Pengarang : A. Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : III / 2009
Tebal buku : 420 hal
Genre : Novel Motivasi Islami


Sinopsis Cerita :
Keinginannya bertentangan dengan Amak. Alif Fikri selalu bercita-cita ingin seperti Habibie dengan pesawatnya, sementara Amak menginginkan anak laki-laki satu-satunya itu menjadi seperti Buya Hamka seorang ulama, pemimpin agama yang berpengetahuan luas.


Alif tak berani membantah keinginan Amak terang-terangan karena takut durhaka. Sebagai aksi protesnya Alif memilih diam dan memeram dalam kamar. Sayang keputusan Amak agar Alif melanjutkan ke sekolah agama tak sirna. Hingga akhirnya sebuah surat dari seseorang, mencetuskan ide yang cukup frontal. Alif bersedia sekolah agama dengan syarat mondok di luar Jawa.


Aturan yang sangat ketat dalam pondok membuat Alif cukup tersiksa. Belum ada satu minggu, ia dan lima orang teman sekamar sudah mendapat hukuman atas pelanggaran aturan. Keputusan setengah hati masuk Pondok Madani (PM) semakin membuatnya merana, apalagi surat dari Randai sobat sekaligus rival dalam hal prestasi semasa SMP selalu menceritakan betapa indah kehidupan di SMA.


Kata-kata motivasi dari para ustad dan penghiburan dari teman baru Alif, Raja, Baso, Said, Dulmajid, dan Atang cukup berhasil mengusir gundah yang menyekam. Bersama kelima sahabatnya itu Alif sering berkumpul dibawah menara masjid untuk belajar, mengobrol, diskusi serius dan merenda mimpi tinggi hingga ke angkasa.


Sahibul Menara adalah julukan mereka berenam. Sahibul Menara dengan awan impian mereka. Awan yang mereka jadikan peta langkah mereka kelak. Alif dengan peta awan Amerika, Raja memetakan awan menjadi Eropa, Baso dan Atang melihat awan seakan melihat jejak para nabi di Afrika dan Asia. Sementara Said dan Dulmajid lebih suka awan Indonesia negeri mereka tercinta.


Selama 4 tahun mereka belajar, berjuang dan berpetualang dalam PM. Mulai dari menjadi jasus karena hukuman, menjadi bulis lail, menjadi petugas penjaga aturan, berusaha menampilkan Class Six Show yang tak akan terlupakan oleh siapa pun, persiapan ujian akhir yang menguras tenaga dan pikiran sampai kenangan kehilangan teman yang terpaksa mundur dari PM menjelang ujian akhir. 


Kelebihan :
-Banyak mengandung pesan baik secara tersurat atau tersirat. Dan yang paling menonjol adalah mantera Man Jadda Wajadda.
-Alur cerita mendetail, penggambaran tentang sesuatu tampak nyata dan meyakinkan. 
-Penggunaan kata sangat bervariasi.


Kelemahan :
-Terlalu banyak bahasa asing. Kadang jadi tidak mengerti artinya walau sudah diterjemahkan di depan tapi jika muncul kembali di belakang tanpa keterangan arti jadi tak tahu maksudnya alias lupa arti kata asing tersebut.
-Ada beberapa pengulangan kalimat (situasi) yang mungkin maksudnya menjelaskan dengan lebih mendetail, tapi jadinya pemborosan dan terasa sedikit membosankan. 


Kesimpulan :
Cerita yang sangat memotivasi kadang menyentuh, kadang menggelikan. Menampilkan kehidupan pondok pesantren dengan lugas dan cerdas. Mantera Man Jadda Wajadda sanggup menggugah pembaca agar mau lebih bersungguh-sungguh dalam mengejar cita-cita.


Saran :
-Keterangan bahasa ditambah lagi, atau dibuatkan kamus di belakang. Jadi jika ada kata yang tidak mengerti langsung bisa cari di belakang. Tidak perlu mencari tiap lembar di depan yang ada penjelasan tentang kata asing tersebut.
-Pengulangan situasi cukup satu kali secara lengkap sekalian.

Kamis, 22 Desember 2011

Resensi Novel Dewasa


Suami Pilihan Suamiku
Pengarang : Mira W
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : I / 2009
Tebal buku : 264 hal
Genre : Novel Dewasa


Sinopsis Cerita :
Kezia itu selain gemuk juga cupu. Ibunya sukses telah membentuk Kezia lugu dan tertutup. Mulai dari makan, pakaian dan pergaulan harus sesuai dengan aturan ibunya. Kezia layaknya Rapunzel dalam dongeng yang dikurung dalam menara tak boleh tahu dunia luar.


Bukan hanya Kezia yang diperlakukan seperti dalam penjara. Ayah Kezia pun mengalami hal yang sama. Tak heran jika pada akhirnya Ayah Kezia memilih keluar dari rumah. 


Perceraian ayah-ibu Kezia menjadi bara dendam bagi Kezia yang menyalahkan ibunya sebagai penyebab kepergian ayahnya. Begitu bencinya Kezia pada Sang Mama sampai dia menuliskan sesuatu yang mengerikan pada buku hariannya ‘Aku sudah tidak sabar menunggu hari itu. Hari Mama ditransfer ke akhirat.’


Kezia memilih kuliah di Swiss karena mendapat beasiswa untuk belajar pada Akademi Perhotelan di sana. Lima tahun kemudian Kezia kembali melanjutkan Postgraduate Diploma selama 1 tahun di Perancis dengan biaya sendiri. 


Selama 6 tahun Kezia benar-benar menikmati masa kebebasan. Tidak ada yang mengatur segala urusan pribadinya. Karena begitu menikmati kebebasan itu, Kezia jadi enggan untuk menikah. Dia takut pernikahan akan mengekangnya kembali.


Sampai akhirnya Kezia bertemu dengan Darius Haryopamungkas pemilik hotel tempat dia bekerja. Seorang pria sederhana, seorang pria berpenyakit jantung bawaan, seorang pria yang mengajari Kezia cara mencinta.


Persamaan masa lalu yang pernah terpenjara oleh cinta orang tua menyatukan mereka dalam tali pernikahan walau hanya seumur jagung. Darius yang diperkirakan dokter tidak berumur panjang meninggal dalam pelukan Kezia.


“Aku akan mengirimkan seorang laki-laki yang tampan, gagah, sehat dan sempurna untuk mendampingimu. Begitu melihatnya kamu akan tahu aku yang mengirimnya.”


Wasiat dari mendiang suaminya itu membuat Kezia bimbang. Siapa gerangan pria yang akan Darius kirim untuknya.


Erik, sahabat dekat Darius yang sedang mengalami masa kritis dengan pernikahannya. Kepedulian Erik kadang melebihi perhatian Darius.
Indra, aktor tampan teman SMA Kezia. Cinta Kezia waktu itu bertepuk sebelah tangan, tak pernah sedikitpun Indra meliriknya. Meski pada akhirnya Indra mengejar Kezia pasca reuni SMA.
Ataukah Rava, saudara tiri yang urakan dan semasa kecil selalu memanggilnya gendut. Namun bertransformasi menjadi lelaki gagah yang memikat? 


Kelebihan :
-Mengandung pesan yang tersirat jika membaca secara keseluruhan. Bahwa, kebencian hanya membawa kesengsaraan. Dendam hanya membuat hidup tidak tentram. Dan pengekangan atas nama cinta hanya akan membuat kita kehilangan.
-Sedikit memberi wawasan bagi pembaca tentang penyakit jantung. 
-Pilihan kata-kata yang bagus dan tidak pasaran.


Kelemahan :
-Alur maju mundur kurang enak dimengerti. Ada pembahasan kilasan mundur yang bertele-tele sehingga terkesan meloncat-loncat tidak beraturan.
-Dialog antar tokoh terlalu datar kurang menunjukkan karakter dari masing-masing tokoh. Sehingga kadang sulit membedakan yang sedang bicara itu siapa, meski diakhir kata ada keterangan siapa yang bicara. 
-Jalan cerita dari awal mudah ditebak mau dibawa kemana ending-nya. Jadi kurang greget waktu membacanya.


Kesimpulan :
Secara keseluruhan cukup bagus ada pesan dan kesan yang tersirat meski perjalanan cerita mirip sinetron TV.


Saran :
-Dialog antar tokoh dibuat lebih menunjukkan karakter para tokoh
-Alur maju-mundur ditata lagi biar tidak membingungkan
-Informasi tentang penyakit (sebagaimana ciri khas novel Mira W) agak mendetail lagi, karena bisa memberi poin plus bukan sekedar novel dewasa yang mengumbar sensualitas.